Jumat, 24 Februari 2012

laporan pendahulu tumor intra cranial


LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR INTRAKRANIAL

1.      Anatomi Fisiologi

OTAK

Otak nampak seperti sebuah ‘’kembang kol’’ yang beratnya rata-rata 1,2 kg pada laki-laki dan 1 kg pada perempuan. Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (bahasa Latin: 'ensephalon') dan sumsum tulang belakang (bahasa Latin: 'medulla spinalis'). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1.      Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2.      Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3.      Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat.
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih

 Otak dapat dibagi ke dalam tiga bagian umum, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Anehnya nama bagian-bagian tersebut tidak berdasarkan letaknya pada otak (contohnya otak depan tidak berada di bagian depan). Tapi, nama bagian-bagian tersebut didasarkan pada posisi saat manusia masih berbentuk embrio. Kemudian posisi bagian-bagian otak tersebut berubah selama perkembangan janin dalam kandungan.
Otak Belakang terletak di dasar kepala, terdiri dari empat bagian fungsional, yaitu medulla oblongata, pons, bentuk reticular (reticular formation), dan cerebellum.
·         Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
·         Pons merupakan ‘’stasiun pemancar’’ yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Ponslah yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.
·         Formasi Reticular memiliki peranan penting dalam pengaturan gerakan dan perhatian Anda. Formasi reticular seolah-olah berfungsi untuk ‘’mengaktifkan’’ bagian lain dalam otak.
·         Selain bagian-bagian yang telah disebutkan tadi, ada juga bagian yang dinamakan cerebellum dengan banyak lilitannya. Cerebellum disebut juga otak kecil yang berkerut sehingga hampir seperti otak besar (otak secara keseluruhan). Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak. Tapi, sebenarnya fungsi tersebut perlu ‘’dipelajari’’ dan dilatih, seperti keseimbangan dan koordinasi. Misalnya saat berjalan, apabila jalan yang kita lalui sudah biasa dilewati, maka tanpa berpikirpun, kita sudah bisa sampai ditujuan. Itulah salah satu kegunaan cerebellum, yang berfungsi sebagai kendali/ control atas gerakan kita.
Otak Tengah merupakan pusat saraf dalam lingkup kecil. Otak tengah adalah lanjutan dari formasi reticular dan merespon pendengaran dan pengelihatan (seperti gerak mata). Otak tengah tampaknya lebih ‘’penting’’ fungsinya pada hewan mamalia daripada manusia, karena pada manusia yang lebih dominan digunakan adalah otak depan. Otak tengah adalah bagian terbesar pada otak. Bagiannya yang paling utama adalah korteks yang mengandung kurang lebih 10 miliar saraf dan terletak pada lapisan luar otak. Otak tengah juga merupakan ‘’puncak’’ fungsional otak yang respon terhadap fungsi yang ‘’lebih rumit’’, tindakan sengaja, dan kesadaran.Adapun bagian-bagian penting otak depan adalah thalamus, hypothalamus, dan system limbic.
·         Thalamus terdiri dari sejumlah pusat saraf dan berfungsi sebagai ‘’tempat penerimaan’’ untuk sensor data dan sinyal-sinyal motorik. Contohnya untuk mengirim data dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks.
·         Hypothalamus berfungsi untuk mengontrol nafsu makan dan syahwat dan mengatur kepentingan biologis lainnya. Hypothalamus, thalamus, otak tengah, dan otak belakang (tidak termasuk cerebellum) bersama-sama membentuk apa yang disebut ‘’tangkai/batang’’ otak (the brain stem). Batang otak berfungsi untuk mengatur seluruh proses kehidupan yang mendasar. Jika batang otak tersebut kekurangan aktivitas (kurang dirangsang), maka menurut psikiater akan menyebabkan brain death atau kelumpuhan otak.
·         Di antara pusat otak dan korteks terletak system limbic (limbic berasal dari bahasa Latin yang berarti batas). Anatomi system limbic ini hampir seperti hypothalamus. System limbic memungkinkan kita mengontrol insting/naluri kita. Misalnya, kita tidak serta merta memukul seseorang yang tidak sengaja menginjak kaki kita. System limbic terdiri dari tiga bagian utama, yaitu amygdala dan septum yang berfungsi mengontrol kemarahan, agresi, dan ketakutan, serta hippocampus yang penting dalam merekam memori baru.
·         Korteks (korteks cerebral) adalah helaian saraf yang tebalnya kurang dari 5 mm, tapi luas bagiannya mencapai 155cm. korteks menyusun 70 persen bagian otak. Lipatan korteks yang erat kaitannya dengan tengkorak manusia membuat otak tampak berkerut. Saraf dalam korteks memproses data. Warna korteks kelabu (inilah alasan mengapa korteks diistilahkan dengan ‘’benda/zat kelabu’’ –the grey mater). Korteks pun secara luas berhubungan satu sama lain (dengan bagian dalam otak). Jaringan panjang yang menghubungkan bagian-bagian terpisah (secara luas) pada otak tersusun dari saraf yang tertutup penyekat berlemak yang disebut myelin. Myelin membuat jaringan tersebut berwarna putih (disebut juga ‘’benda/zat putih’’)Korteks mempunyai sejumlah struktur dan bagian-bagian fungsional. Yang paling nyata dari pembagian ini adalah belahan kiri dan kanannya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kedua belahan otak dihubungkan oleh sebuah ‘’bundel serat tebal’’ yang disebut corpus callosum. Corpus callosum membantu menyatukan aktivitas otak (memberitahu otak kiri tentang apa yang dilakukan otak kanan, juga sebaliknya). Pembagian penting lainnya dalam korteks adalah empat buah lobus atau cuping, yaitu temporal, frontal, occipital, dan parietal.
Bagian-bagian tersebut dinamai berdasarkan letaknya setelah tulang tengkorak. Sejak lama muncul berbagai pendapat tentang fungsi tersebut dalam otak. Lobus frontal berhubungan dengan konsentrasi, lobus temporal berhubungan dengan bahasa dan ingatan, lobus parietal berhubungan dengan sensor data dan lobus occipital berhubungan dengan pengelihatan dan persepsi. Jadi, proses kesadaran pikiran bergantung pada interaksi kompleks di bagian-bagian otak

SARAF

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.



           
Sel saraf
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.

Struktur Sel Saraf
Setiap nejaringan.jpguron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitudendrit dan akson (neurit).
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.


Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).


1.
Sel saraf sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis).Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
2.
Sel saraf motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
3.
Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.

2.      Definisi
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial yang menempati ruang didalam tenggorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar  masuk ke dalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar system saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah, pancreas, ginjal dan kulit. Pada usia dewasa tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur dan mendukung system otak dan medulla spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak di atas penutup serebelum). Jejas neoplasma di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital seperti pernapasan dan peningkatan TIK. Adapun definisi-definisi tumor otak intracranial adalah sebagai berikut :
·         Tumor otak intrakranial adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak dan selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan.
·         Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur.
·         Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.
·         Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma, dan metastase serebral dari bagian lain.
3.      Epidemiologi
Tumor otak mewakili sebanyak 20% dari semua kanker pada anak-anak. Pada kelompok usia ini 70% tumor primer tumbuh di daerah fosa posterior, sementara pada orang dewasa, proporsi yang sama tumbuh di atas tentorium. Pada orang dewasa terdapat insiden tumor primer dan metastatic yang hampir sama.
4.      Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
·         Herediter
Predisposisi genetik pada tumor SSP muncul relatif jarang, walaupun glioma dapat diturukan sebagai bagian dari penyakit keluarga. Secara khusus, mutasi dari germline yang disebut gen tumor supresor menggambarkan beberapa sindrom genetik yang menyebabkan peningkatan insiden dari perkembangan tumor otak : type 1 neurofibromatosis (mutasi dari NF1), Turcot syndrome (mutasi dari APC), basal cell nevus syndrome (mutasi dari PTCH), dan Li- Fraumeni syndrome (mutasi dari TP53 atau CKEK2) berhubungan dengan peningkatan resiko tumor otak.
Beberapa laporan kasus telah menghubungkan antara tumor SSP dengan malformasi,         termasuk  meduloblastoma  dengan abnormalitas sistem gastrointestinal dan genitourinaria, ependymoma dengan malformasi arteriovenus dari meningen, dan glioblastoma multiforme dengan malformasi arteriovenus angiomatus yang berdekatand an fistula arterivenus pulomonal. Tumor SSP dapat berhubungan dengan sindrom Dwon, kelainan yang melibatkan kromosom 21. Studi epidemiologi menemukan bahwa kasus tumor otak bisa 2-3 kali mempunyai hubungan dengan retardasi mental, walaupun hasilnya hanya signifikan pada satu studi.
Karena hanya sedikit dari proporsi tumor otak yang murni diturunkan, hal ini lebih berhubungan dengan interaksi gen dengan lingkungan. Bukti tmbahan etiologi familial berasal dari studi epidemiologi yang membandingkan keluarga dengan riwayat tumor otak dan dengan kontrol. Secara signifikan adanya riwayat keluarga meningkatkan kejadian tumor dan kanker jenis lainnya.
·         Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
·         Infeksi
Beberapa tipe virus (termasuk retrovirus, papovirus, dan adenovirus) telah menunjukkan sebagai penyebab tumor otak secara eksperimental pada studi pada hewan. Agen infeksius lainnya yang sudah diteliti berhubungan dengan tumor adalah Toxoplasma gondii, yang telah dilaporkan dapat menyebabkan glioma pada hewan percobaan.
·         Kejang
            Riwayat kejang telah dihubungkan secara konsisten terhadap tumor otak pada beberapa penelitian kohort dari epilepsi dan dalam 2 penelitian kasus-kontrol pada glioma dewasa. Untuk meningioma, satu penelitian menemukan kasus menjadi 5 kali pada orang yang pernah kejang dan hingga 10 tahun atau lebih sebelum diagnosis.

·         Diet, Vitamin, Alkohol, Rokok, dan Zat Kimia

            Senyawa N-nitroso telah diidentifikasi sebagai neurokarsinogen pada penelitian eksperimental  hewan. Senyawa ini dapat menginisiasi neurokarsinogenesis baik paparan prenatal maupun postnatal. Sekitar setengah dari paparan senyawa ini pada manusia berasal dari sumber endogen, yang muncul dari sistem pencernaan ketika senyawa amino (seperti dari ikan, makanan lain, obat, dll) bertemu dengan agen nitrostating (seperti nitrit dari daging yang diawetkan). Setengah lainnya berasal dari sumber eksogen, terutama asap rokok, kosmetik, interior mobil, dan daging yang diawetkan. Kompleksitas lainnya dalam menentukan sumber endogen adalah beberapa sumber, seperti sayuran, yang mungkin mengandung nitrat, juga tinggi vitamin yang dapat memblok pembentukan senyawa N-nitroso.

·         Radiasi Ionik
            Radiasi ionik adalah faktor resiko paling tegas yang telah ditemukan pada neoplasma glial dan meningeal. Iradiasi pada kranium, bahkan pada dosis rendah, dapat meningkatkan insiden meningioma oleh satu faktor dari sepuluh dan insiden tumor glial oleh satu faktor dari 3 sampai 7, dengan masa laten 10 tahun atau lebih dari 20 tahun setelah paparan.
            Terdapat kesepakatan yang wajar dari resiko kuat peningkatan tumor intrakranial yang terjadi setelah terapi radiasi ionik. Bahkan dengan dosis yang realtif rendah yang digunakan untuk terapi ringworm pada scalp (tinea kapitis) yang rata-rata 1,5 Gy, relatif beresiko 18, 10,dan 3 telah diobservasi untuk tumor selubung saraf, meningioma, dan glioma.
·         Substansi-substansi Karsinogenik
—-Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea.
5.      Patofisiologi
            Tumor intrakranial jinak memiliki efek yang membahayakan karena berkembang didalam rongga tengkorak yang berdinding kaku. Tumor intrakranial ganas berarti pertumbuhan yang cepat, diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah, mitosis, nekrosis, dan proliferasi vaskular. Namun, metastasis kedaerah ekstrakranial jarang terjadi.
            Gangguan neurologik pada tumor intrakranial biasanya disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal akibat tumor dan gangguan akibat peningkatan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
            Peningkatan tekanan intrakranial disebabkan oleh bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahah sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mendesak ruang yang relatif tetap pada ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme belum begitu dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema akibat kerusakan sawar darah otak, semua menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateralis ke ruang subarachnoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan- bulan untuk menjadi efektif sehingga tidak berguna bila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi unkus atau serebelum. Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui incisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesencephalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak. Kompresi medulla oblongata dan henti napas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologi lain yang terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial yang cepat adalah bradikardi progesif, hipertensi sistemik, dan gagal napas.
6.      Manifestasi Klinis
Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini, karena pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan eragukan tapi umumnya berjalan progresif. Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
·         Gejala serebral umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus
  • Gejala peningkatan tekanan intracranial
Sesuai dengan hipotesis Monro-Kille yang dimodifikasi, bahwa tengkorak adalah sebuah ruangan kaku yang berisi materi esensial, yang tidak dapat tertekan (benda otak), darah dalam vaskuler dan cairan serebrospinal. Jika salah satu komponen dalam tengkorak ini volumenya meningkat, maka TIK akan meningkat, kecuali satu dari komponen lainnya menurun. Gejala-gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor.
Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal, dan darah serebral semua terletak didalam tengkorak. Sebagai akibat pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena-vena intrakranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal (melalui peningkatan absorpsi dan menurunkan produksi), penurunan sedang pada aliran darah  serebral dan menurunnya massa jaringan otak intraselular dan ekstraselular. Bila kompensasi ini semua gagal, pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK.
Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil, papiledema (choked disc atau edema saraf optik), perubahan kepribadian, dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfungsi saraf kranial.
1.      Sakit Kepala
Meskipun tidak selalu ada, tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari dan menjadi buruk oleh karena batuk, menegang atau melakukan gerakan yang tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor tekanan atau penyimpangan struktur sensitive nyeri, atau oleh karena edema yang mengiringi adanya tumor. Sakit kepala selalu digambarkan dalam atau meluas atau dangkal tetapi terus menerus. Tumor frontal menghasilkan sakit kepala pada frontal bilateral, tumor kelenjar hipofisis menghasilkan nyeri yang menyebar antara dua pelipis (bitemporal), tumor serebelum menyebabkan sakit kepala yang terletak pada daerah suboksipital bagian belakang kepala.
2.      Muntah
Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan, yang selalu disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal di medulla. Jika muntah dengan tipe yang kuat, ini digambarkan sebagai muntah proyektil. Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior.
3.      Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
·         Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
·         Mengalami post iktal paralisis
·         Mengalami status epilepsi
·         Resisten terhadap obat-obat epilepsi
·         Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
·         Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
4.      Papiledema (edema pada saraf optik)
Ada sekitar 70% sampai 75% dari pasien yang dihubungkan dengan gangguan penglihatan seperti penurunan ketajaman penglihatan, diplopia (pandangan ganda) dan penurunan lapang pandang.

·         Gejala  Terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan darah otak yang terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local, seperti pada ketidak normalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan, dan kejang. Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang tidak diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan, pada bagiannya, dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
1.      Lobus frontal
·         Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
·         Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
·         Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
·         Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
·         Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2.      Lobus parietal
·         Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
·         Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
3.      Lobus temporal
·         Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura atau halusinasi
·         Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
·         Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis, parkinsonism.
4.      Lobus oksipital
·         Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
·         Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
5.      Tumor di ventrikel ke III
·         Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
6.      Tumor di cerebello pontin angie
·         Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
·         Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran
·         Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
7.      Tumor Hipotalamus
·         Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
·         Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
8.      Tumor di cerebelum
·         Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan papil udem
·         Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal
9.      Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
7.      Klasifikasi
1.      Glioma
Glioma bertanggung jawab atas sekitar 40-50% tumor intrakranial. Glioma diklasifikasikan atas dasar asal embriologis. Pada orang dewasa, sel neuroglia susunan saraf pusat berfungsi untuk perbaikan, penyokong, dan pelindung sel-sel saraf yang lunak. Glioma terdiri atas jaringan penyambung dan sel-sel penyokong, yaitu neuroglia yang mempunyai kemampuan untuk terus membelah selama hidup. Sel-sel glia berkumpul membentuk parut sikatriks padat di bagian otak, tempat neuron menghilang oleh karena cedera atau penyakit (Price dan Wilson, 1995).
Terdapat tiga jenis sel glia yaitu mikroglia, oligodendroglia, dan astrosit. Mikroglia secara embriologis berasal dari lapisan mesodermal oleh karena itu pada umumnya tidak diklasifikasikan sebagai sel glia sejati. Mikroglia masuk ke dalam susunan saraf melalui sistem pembuluh darah dan berfungsi sebagai fagosit, membersihkan debris, serta melawan infeksi. Oligodendroglia dan astrosit merupakan neuroglia sejati seperti neuron dan berasal dari lapisan embrional ektodermal. Oligodendroglia berperan dalam pembentukan mielin. Fungsi astrosit masih dalam penyelidikan. Bukti-bukti memperlihatkan bahwa sel-sel ini mungkin berperan dalam menghantarkan impuls dan transmisi sinapsis dari neuron dan bertindak sebagai penghubung antara pembuluh darah dan neuron.
2.      Oligodendroglioma
Oligodendroglioma mirip dengan astrositoma namun terdiri atas sel-sel oligodendroglia. Tumor relatif avaskular cenderung mengalami kalsifikasi.

3.      Ependimoma
Ependimoma adalah tumor ganas yang berasal dari bagian dalam dinding ventrikel. Pada anak-anak tempat yang paling sering adalah ventrikel keempat. Tumor ini menyerang jaringan sekitarnya dan menyumbat ventrikel. Kematian biasanya terjadi dalam 3 tahun atau kurang.
4.      Astrositoma
Astrositoma menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam berbagai ukuran. Walaupun menginfiltrasi jaringan otak, efeknya pada fungsi otak hanya sedikit sekali, yaitu pada saat permulaan penyakit. Pada umumnya, astrositoma tidak ganas walaupun dapat mengalami perubahan keganasan menjadi glioblastoma (suatu astrositoma yang sangat ganas). Tumor-tumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu, klien sering tidak datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun-tahun sampai timbul gejala misalnya serangan epilepsi atau nyeri kepala.
5.      Glioblastoma
Glioblastoma multiforme adalah glioma yang paling ganas. Tumor ini mempunyai kecepatan tumbuh yang sangat tinggi dan eksisi bedah yang lengkap tidak mungkin dilakukan. Harapan hidup pada umumnya kira-kira 12 bulan. Tumor ini dapat terjadi dimana saja tetapi paling sering pada hemisfer serebri dan sering menyebar ke sisi yang berlawanan melalui korpus kalosum.
6.      Tumor meningeal
Meningioma merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesotel, serta sel-sel jaringan penyambung arakhnoid dan dura mater yang paling penting. Sebagian besar tumor adalah jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan yang berdekatan namun menekan struktur yang berada di bawahnya. Oleh karena pertumbuhan tumor yang lambat, gejala-gejala mungkin tidak diperhatikan dan diagnosis samaskali salah. Gejala-gejalanya antara lain epilepsi isiopatik, hemiparesis dan afasia.
7.      Tumor hipofisis
        Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil, atau basofil dari hipofisis anterior. Tumor-tumor ini menimbulkan nyeri kepala, hemianopsia bitemporalis (disebabkan oleh karena penekanan pada kiasma optikum), dan tanda-tanda kelainan sekresi hormon hipofisis anterior. Bermacam-macam cacar lapang penglihatan yang sering ditemukan bila lesi melibatkan traktus optikus.
8.      Tumor kromofob
        Tumor kromofob adalah tumor nonsekretoris yang menekan kelenjar hipofisis, kiasma optikum, dan hipotalamus. Gejala-gejala tumor otak ini adalah depresi fungsi seksual, hipotiroididme sekunder, dan hipofungsi adrenal (amenore, impotensi, rambut rontok, kelemahan, hipotensi, metabolisme basal rendah, hipoglikemia, dan gangguan elektrolit).
9.      Adenoma eosinofilik
        Umumnya lebih kecil dan tumbuh lebih lambat daripada tumor kromofob. Gejala-gejalanya adalah kromegali pada orang dewasa, gigantisme pada anak-anak, nyeri kepala, gangguan berkeringat, parastesia, nyeri otot, dan hilangnya libido. Gangguan lapang penglihatan (hemianopsia bitemporalis) jarang dijumpai.
10.  Adenoma basofil
        Pada umumnya kecil. Tumor ini dihubungkan dengan gejala-gejala sindrom Chusing (obesitas, kelemahan otot, atrofi kulit, osteoporosis, pletora, hipertensi retensi garam dan air, hipertrikosis, dan diabetes melitus).
11.  Neurilemoma
        Tumor saraf pendengaran merupakan 3-10% tumor intrakranial. Tumor ini mungkin berasal dari sel-sel Schwann selubung saraf. Serabut-serabut saraf kranial VIII menjadi rusak. Pada penyakit recklinghausen dapat terjadi neurilemoma auditorius bilateralis. Pada umumnya tumor ini jinak tetapi kadang-kadang dapat mengalami perubahan menjadi ganas. Gejala-gejala neurilemoma pendengaran awal adalah tuli, tinitus, kehilangan reaktivitas vestibular terhadap terhadap kalori, dan vertigo yang disusul rasa tidak enak pada suboksipital, berjalan terhuyung-huyung, gangguan pada saraf-saraf otak yang berdekatan, dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Pada umumnya terdapat nistagmus, terutama horizontal. Pengobatan adalah dengan pengangkatan total jika memungkinkan, karena pengangkatan yang tidak menyeluruh umunya akan diikuti kekambuhan tumor. Sebagai konsekuensi pembedahan, klien dapat mengalami paralisis wajah dan tuli.
12.  Pinealoma
        Pinealoma (tumor adneksa) hanyalah bagian kecil dari lesi intrakranial yang dijumpai dan termasuk tumor0tumor yang berasal dalam badan pineal (pinealoma), maupun dari pleksus koroideus sekitarnya (papiloma koroid). Pinealoma menekan aqueduktus yang menyebabkan hidrosefalus obstruktif dan juga hipotalamus yang mengakibatkan pubertas prekoks dan diabetes insipidus. Papiloma koroid menyebabkan perdarahan intraventrikular dan juga menyumbat sistem ventrikular.
13.  Angioma
        Angioma otak (bentuk pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang didapat di dalam atau di luar daerah otak). Beberapa kehidupan yang terdapat angioma tanpa menyebabkan gejala-gejala, namun pada tumor otak lainnya menimbulkan gejala. Kadang-kadang diagnosa memberi kesan dengan adanya angioma lain di beberapa tempat dalam kepala atau dengan sebuah bruit (suara abnormal) terdengan sampai di tengkorak. Karena dinding-dinding pembuluh darah pada angioma tipis, maka pasien beresiko terhadap adanya cedera vascular serebral (stroke). Adanya perdarahan serebral pada orang dibawah 40 tahun memberi kesan mungkin adanya angioma.
14.  Neuroma akustik
Neuroma akustik adalah sebuah tumor pada saraf cranial kedepalan, saraf untuk pendengaran dan keseimbangan. Itu biasanya muncul juga dalam meatus auditori internal, dimana ini sering berkembang sebelum pengisian serebelopontin berhenti. Neuroma akustik dapat tumbuh lambat dan mencapai ukuran besar sebelum diagnosa ditegakkan. Pasien biasanya mengalami kehilangan pendengaran, tinnitus, dan episode vertigo dan gaya berjalan sempoyongan. Akibat tumor menjadi membesar, sensasi nyeri pada wajah dapat terjadi pada sisi wajah yang sama, sebagai hasil dari tekanan tumor pada saraf cranial kelima. Dengan menggunakan teknik sinar x yang diperbaiki dan penggunaan mikroskop operasi dan instrumen bedah-mikro, sehingga tumor-tumor besar yang dapat diangkat melalui kraniotomi relatif kecil. Beberapa tumor-tumor ini cocok untuk radioterapi daripada pembedahan.
8.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
B1 (Breathing)
Inspeksi, pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pengkajian inspeksi pernapasan pada klien tanpa kompresi medula oblongata didapatkan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pengkajian pada klien tanpa kompresi medula oblongata didapatkan tidak ada kelainan. TD biasanya normal, tidak ada peningkatan heart rate.
B3 (Brain)
Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala, muntah, dan papiledema.
Tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan kesadaran.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intrakranial biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan keperawatan.
Fungsi serebri
  • Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara dan observasi ekspresi wajah klien, aktivitas motorik pada klien tumor intrakranial tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
  • Fungsi intelektual: didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage, yaitu kesukaran untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
  • Lobus frontal: tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan mental, hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan dalam kepribadian. Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung atau periode dimana tingkah laku klien menjadi aneh.
Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi argumentasi yang sulit dari perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan buruk. Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada daerah dan lintasan motorik di dekat tumor. Jika daerah motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan motorik yang jelas. Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentralis menyebabkan kelemahan pada wajah, lidah, dan ibu jari sedangkan tumor pada lobus parasentralis menyebabkan kelemahan pada kaki dan ekstremitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap, sering menyerupai ataksia serebellum. Bila lobus frontalis kiri atau yang dominan terkena, akan terlihat adanya afasia dan apraksia.
·         Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis: didapatkan bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontalis kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan klien ini menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka. Masalah psikologis lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerja sama.

Pemeriksaan saraf kranial
-          Saraf I
Pada klien tumor intrakranial yang tidak mengompresi saraf ini tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
-          Saraf II
Gangguan lapang pandang disebabkan oleh lesi pada bagian tertentu dari lintasan visual.
Papiledema
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi tanda ini mengisyaratkan peningkatan tekanan intrakranial. Sering kali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak oleh karena pada beberapa indivisu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun tekanan intrakranial amat tinggi. Menyertai papiledema dapat terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks (saat-saat ketika penglihatan berkurang).
-       Saraf III, IV, dan VI.
Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiforme.
-        Saraf V
Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak mengompresi saraftrigeminus maka tidak ada kelainan fungsi saraf ini. Pada neurolema yang menganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis pada wajah unilateral.
-        Saraf VII
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
-        Saraf VIII
Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkin diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
-        Saraf IX dan X
Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.
-        Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
-        Saraf XII
Lidah simetris, terdapat devisiasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indra pengecap normal.
Sistem motorik
Lesi serebellum mengakibatkan gangguan pergerakan (keseimbangan dan koordinasi). Gangguan ini bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi spesifik tumor dalam serebellum. Gangguan yang paling sering dijuai kurang menyolok tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan tumor serebellum yaitu hipotonia (tidak adanya resistensi normal terhadap regangan atau perpindahan anggota tubuh dari sikap aslinya) dan hiperekstensibilitas sendi. Gangguan dalam koordinasi berpakaian merupakan ciri-ciri khas pada klien dengan tumor lobus temporalis.
Gerakan involunter
Pada keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada tumor lobus oksipital. Kejang berhubungan sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.
B4 (Bladder)
Inkontinensia unrine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada mesula oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan tekanan intrakranial disertai pergesaran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat berupa muntah proyektil.
B6 (Bone)
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensorik, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
            Setelah diagnosis klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik untuk memperkuat diagnosis dan mengetahui letak tumor. Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor intrakranial adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristik, lokasi, batas, hubungannya dengan system ventrikel, dan hubungannya dengan struktur vital otak, misalnya sirkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu juga diperlukan pemeriksaan radiologi canggih yang invasif maupun non invasif. Pemeriksaan non invasif mencakup CT scan dan MRI, bila perlu diberikan kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor. CT scan dan MRI memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
            Pemeriksaan invasif seperti angiografi serebral dapat memberikan gambaran sistem peredaran darah tumor dan hubungannya dengan system pembuluh darah sirkulus willisi. Selain itu, dapat mengetahui hubungan massa tumor dengan vena otak dan sinus duramater. Foto polos dada dan pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah tumor berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
·         CT-scan dan MRI
         CT scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasien yang diduga menderita tumor intrakranial. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranii. Gambaran CT Scan pada tumor intrakranial umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT scan disertai dengan pemberian zat kontras. Efek terhadap tulang berdekatan misalnya hiperostosis akibat meningioma. Lesi yang multiple kemungkinan adanya metastasis.
         MRI lebih unggul dibanding CT scan dengan kontras karena MRI lebih baik dalam memperlihatkan jaringan lunak. MRI juga lebih sensitif dalam mendeteksi tumor kecil, memberikan visualisasi yang lebih detil, terutama untuk daerah dasar otak, batang otak, dan daerah fossa posterior.




CT Scan meningioma





CT Scan Glioma





CT Scan meduloblastoma





MRI glioblastoma multiforme
MRI oligodendroglioma

·         Angiografi

         Angiografi bisa menampilkan blush tumor atau pergeseran pembuluh yang diperlukan untuk melengkapi hasil CT scan. Pada beberapa kasus diperlukan untuk informasi prabedah seperti mengetahui pembuluh darah yang terkena atau konstriksi pembuluh darah utama oleh tumor.
·           Pemeriksaan Cairan Serebrospinal
         Pemeriksaan sitologi pada cairan serebrospinal sangat membantu menegakkan diagnosis bila berhasil mendapatkan sel tumor secara definitif. Hal ini terutama bila lokasi tumor pada jaringan otak tidak mudah dicapai, misalnya pada tumor di daerah pineal. Pemeriksaan cairan serebrospinal juga dapat dilakukan untuk melihat adanya tumor marker. Meskipun tidak spesifik, beberapa tumor marker dapat mengarahkan pada adanya tumor metastasis.
         Punksi lumbal dilakukan harus benar-benar diyakini terlebih dahulu bahwa tidak ada peningkatan tekanan intrakranial. Bila didapatkan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, maka punksi lumbal tidak boleh dilakukan karena akan memberikan resiko besar terjadinya herniasi otak.
Pemeriksaan cairan serebrospinal tidak rutin dilakukan, terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi seperti abses serebri.
·        Tumor Marker
         Usaha untuk mencari substansi yang menunjukkan pertumbuhan tumor spesifik dari darah atau cairan serebrospinal terbatas pada hubungan antara peningkatan alfa feto protein dan gonadotrofin khorionik manusia dengan germinoma ventrikel ketiga yang membantu diagnosis. Perkembangan antibodi monoklonal, dengan perbaikan pada sensitivitasnya mungkin memberikan pendekatan yang bermanfaat untuk lokasi tumor serta identifikasinya dimasa yang akan datang.





9.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat dibagi menjadi dua, yakni non-farmakologis dan farmakologis.
a.       Non-farmakologis
·         Pembedahan
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatnya penurunan neurologic (paralisis, kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi). Pendekatan pembedahan konvensional memerlukan insisi tulang (kraniotomi). Pendekatan ini digunakan umum untuk mengobati pasien meningeoma, neuroma akustik, astrositoma kistik pada cerebellum, kista koloid pada ventrikel ketiga, tumor congenital seperti kista dermoid dan beberapa granuloma. Untuk pasien-pasien dengan glioma maligna pengangkatan tumor secara menyeluruh, dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat masuk akal dengan tindakan yang mencakup pengurangan TIK, pengangkatan jaringan nekrotik dan mengurangi bagian yang besar dari tumor, yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi resisiten terhadap radiasi atau kemoterapi.
·         Radioterapi
         Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 5000-6000 rad tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi intensif. Efek radioterapi tergantung dosis total dan durasi pengobatan. Harus terdapat keseimbangan terhadap risiko pada struktur normal sekitar. Umumnya, makin cepat sel membelah, makin besar sensitivitasnya. Radioterapi terutama bernilai pada pengelolaan tumor ganas, seperti astrositoma maligna, metastasis, medulloblastoma, dan germinoma. Namun juga berperan penting pada beberapa tumor jinak, seperti adenoma pituitary dan kraniofaringioma. Karena beberapa tumor menyebar melalui jalur cairan serebrospinal seperti medulloblastoma, iradiasi seluruh aksis neural dapat menekan risiko terjadinya rekurensi dalam selang waktu singkat.

·         Kemoterapi
         Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif. Obat kemoterapeutik ideal adalah membunuh sel tumor secara selektif, namun respon sel tumor berkaitan langsung dengan dosis. Tidak dapat dihindarkan bahwa dosis tinggi menyebabkan toksisitas pada sum-sum tulang. Dalam praktek, dosis yang tidak adekuat dapat menimbulkan depresi sum-sum tulang seperti leukopenia.

·         Imunoterapi
         Imunoterapi dengan menggunakan teknik produksi antibodi monoclonal memberi harapan yang lebih baik dalam mengatasi tumor ganas, walau pengangkutan dan lokasinya masih merupakan masalah. Antibodi monoklonal berperan sebagai karier, yang membawa obat sitotoksik, toksin atau radionuklida langsung ke daerah tumor. Antibodi monoklonal dapat mengidentifikasi antigen yang terdapat pada sel tumor.

b.      Farmakologis
·        Kortikosteroid
         Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid menurunkan radang sekitar pusat metastase dan menurunkan edema sekitar. Kortikosteroid yang digunakan seperti Deksametason dan Prednison.


·        Obat-obatan lain
         Obat-obat lain ini mencakup agens-agens osmotic untuk menurunkan cairan pada otak, yang ditunjukkan dengan penurunan TIK, seperti obat Manitol dan Gliserol. Obat-obat anti kejang digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang, seperti obat Fenitoin. Hasil pendukung telah ditunjukkan pada pengobatan terhadap lesi metastatic dengan agens kemoterapi seperti karmustin (BCNU). Bila pasien mempunyai nyeri hebat, Morfin dapat diinfuskan ke dalam ruang epidural atau subarachnoid melalui jarum spinal dan kateter sedekat mungkin ke segmen spinal dimana nyeri dirasakan.

10.  Prognosis
     Tumor intrakranial tergantung pada jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun berkisar 50-60 % dan angka ketahanan hidup 10 tahun berkisar 30-40 %. Terapi tumor intrakranial di Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit di Jakarta. Tumor otak umumnya memberikan prognosis yang jelek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar