LAPORAN
PENDAHULUAN
HERNIASI
DISKUS INTERVERTEBRALIS (HNP)
A. ANATOMI
DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF
Sistem saraf tersusun
oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini
meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf
mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan
efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan
sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar
atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang
menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.
a.
Sel Saraf
Sistem saraf terdiri
dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan
(impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
1)
Struktur Sel Saraf
Setiap neuron terdiri
dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari
badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson
(neurit). Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan
akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson
biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.
Struktur
Sel Saraf
Akson
yang diperbesar
Setiap neuron hanya
mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi
plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang
merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel
Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh
serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi
mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang
tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi
mempercepat penghantaran impuls.
Berdasarkan struktur dan
fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensori,
sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
a) Sel saraf sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar
impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan
sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori
berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
b) Sel saraf motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls
dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan
tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat.
Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan
aksonnya dapat sangat panjang.
c)
Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel
saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat
dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau
berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel
saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi
lainnya.
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan
dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan
badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.
Struktur
ganglion gabungan dari badan sel saraf
b. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum
tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya merupakan organ
yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan.
Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan
selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan
terjadi radang yang disebut meningitis. Ketiga lapisan membran
meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut :
1)
Durameter : merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak
2)
Araknoid : disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah.
Di dalamnya terdapat cairan serebrospinalis; semacam
cairan limfa yang mengisi sela-sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan
untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3)
Piameter : Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat
dengan permukaan otak. Lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut
bahan sisa metabolisme.
Otak dan sumsum tulang
belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:1. badan sel yang membentuk bagian
materi kelabu (substansi grissea)2. serabut saraf yang membentuk
bagian materi putih (substansi alba)3. sel-sel neuroglia, yaitu
jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi
susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau
kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang
belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan
bagian korteks berupa materi putih.
1) Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.
a) Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental,
yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan. Otak
besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan
kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak.
Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian
penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau
merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area
motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan,
membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa.
Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan
psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses
berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat
penglihatan terdapat di bagian belakang.
Otak dengan bagian-bagian penyusunnya
2) Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan
otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja
kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus
optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga
merupakan pusat pendengaran.
Otak dan kegiatan-kegiatan yang dikontrolnya
3) Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan.
4) Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsumtulang
belakang.
5) Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi
jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah,
volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi
kelenjar pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung
juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
6) Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Medula spinalis merupakan jaringan saraf
berbentuk kolum vertical tang terbenteng dari dasar otak, keluar dari rongga
kranium melalui foramen occipital magnum, masuk kekanalis sampai setinggi
segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri
dan kanan) yang terdiri atas :
1.8 pasang saraf cervical.
2.15 pasang saraf thorakal.
3.5 pasang saraf lumbal
4.5 pasang saraf sacral
5.1 pasang saraf cogsigeal.
Penampang melintang medulla spinalis
memperlihatkan bagian bagian yaitu substansia grisea (badan kelabu) dan
substansia alba. Substansia grisea mengelilingi kanalis centralis sehingga membentuk
kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna ventralis. Kolumna ini
menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba mengandung saraf myelin
(akson). Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus
vertebra yang berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis,
dan sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis menghubungkan
korpus vertebra yang berdekatan Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis
kedua sampai vertebra sakralis terdapat discus intervertebralis. Discus discus
ini membentuk sendi fobrokartilago yang lentur antara dua vertebra. Discus
intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok : nucleus pulposus di tengah dan
annulus fibrosus disekelilingnya. Discus dipisahkan dari tulang yang diatas dan
dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis. Nucleus pulposus adalah
bagian tengah discus yang bersifat semigetalin, nucleus ini mengandung
berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga berperan
penting dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar
berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada
bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk
dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls
sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk
dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk
ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung
(asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan
menghantarkannya ke saraf motor.
Pada bagian putih
terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat
saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan
yang membawa impuls yang berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden.
Gbr. Penampang
melintang sumsum tulang belakang
c. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak
sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang
kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang
tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan,
dan sekresi keringat.
Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang
dikendalikannya
1) Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu
saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu
saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf otak ada 12 pasang
yang terdiri dari :
a)
Tiga pasang saraf
sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
b)
lima pasang saraf
motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
c)
empat pasang saraf
gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.
Saraf sumsum tulang
belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum
tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung,
5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang
disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.
a) Pleksus cervicalis merupakan gabungan
urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.
b) Pleksus brachialis mempengaruhi bagian
tangan.
c) Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi
bagian pinggul dan kaki.
2) Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem
ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang
kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal
ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada
ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf
simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik
mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada
sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,sedangkan
saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yangpanjang karena
ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus
vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain
dan saraf sumsum sambung.
Tabel Fungsi Saraf Otonom
Parasimpatik
|
Simpatik
|
|
|
d. Mekanisme Penghantar Impuls
Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel
saraf dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut :
1)
Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui
serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik
antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub
positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel
saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan
terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial
ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf.
Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai
dengart 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung
mielin.
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat
dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula
(potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan
waktu 1/500 sampai 1/1000 detik. Energi yang digunakan berasal dari
hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf.
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak
akan menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila
kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson.
Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada
periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.
2)
Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain
dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk
tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur
kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter yang disebut vesikula
sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut
neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya
yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls
sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran
pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa
asetilkolin.
Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls
dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam
misalnya asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di
sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak.
Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada
reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan
asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila
asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim
asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.
Lokasi, anatomi, dan cara kerja sinapsis
e. Terjadinya Gerak Biasa dan Gerak
Refleks
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan
penghantaran impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun,
ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada
gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori,
dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh
otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus
dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan
gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.
Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu
dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori
ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di
dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke
efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung
refleks.
Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung
(asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit
pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf
penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.
Lengkung refleks
B. KONSEP
DASAR
1. EPIDEMOLOGI
Angka kejadi dan kesakitan banyak terjadi pada usia
pertengahan yaitu pada umur 30 -50 tahun . Pada umumnya HNP didahului oelh
aktiivtas yang berlebihan, misalnya mengangkat beban berat (terutama mendadak)
mendorong barang berat. Laki—laki lebih banyak dari pada wanita.
2. PENGERTIAN
HNP adalah keadaan nucleus pulposus keluar menonjol
untuk kemudian menekan kearah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang
sobek (Arif Muttaqin, 2008)
Herniasi diskus intervertebralis (Herniation of
intervertebral disk) atau disebut juga hernia nucleus pulposus (HNP) adalah
suatu keadaan yang diakibatkan oleh penonjolan nucleus pulposus dari diskus
kedalam analus ( cincin fibrosus disekitas diskus), yang disertai dengan
kompresi dari akar akar saraf. Herniasi dapat terjadi di lumbal, lumboskral,
region scapula, region servikal, dan berbagai kolumna vertebralis
(Fransisca,2008).
Herniasi diskus intervertebralis (HNP) merupakan
penyebab utama nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).
Herniasi dapat parsial atau komplet, dari massa nucleus pada daerah vertebra
L4-L5, L5-S1 atau C5-C6, C6-C7 adalah yang paling banyak terjadi dan mungkin
sebagai tampak trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses
penuaan (Doenges, 1999).
HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses
patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik)
(Harsono, 1996)
HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar
menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus
fibrosis yang robek.
3. ETIOLOGY
Herniasi
diskus intervertebralis biasanya disebabkan oleh beberapa factor yaitu:
1. Trauma
2. Degenerasi
(biasanya umur 30-50 tahun) yang berkaitan dengan proses penuaan dan malformasi
congenital. Herniasi dapat berkembang dari beberapa bulan sampai tahunan,
menyebabkan gejala gejal akut dan kronis.
4. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal
antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. Arah herniasi yang paling sering
adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah
sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara
L 5 dan S 1.
Pada
tahap pertama sobeknya annulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Karena
adanya gaya traumatik yang berulang, baik secara langsung atau tidak langsung pada diskus inter vertebralis
akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nucleus pulposus (HNP). Nukleus
yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan keluar melalui robekan
anulus tebrosus sobekan itu menjadi llebih besar
dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi , maka resiko HNP
hanya menunggu waktu dan traumanya berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat
diasumsikan seperti gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu
terpleset, mengangkat beban berat, dan sebagainya.
Daerah lumbal adalah daerah yang paling
sering mengalami hernisasi pulposus, Perubahan degeneratif pada nukleus
pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein trus kandungan air diskus
berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia yang berdampak pada peningkatan
kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat menyebabkan ruptur pada
anulus dengan stres yang relatif kecil.
Menjebolnya (herniasi) nucleus
pulposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang diatas atau dibawahnya. Bisa
juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus
pulposus kedalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rongent polos dan
dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkumferensial dan radial pada annulus
fibrosus diskus intervetebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl
merupakan kelainan mendasari low back paint sub kronis atau kronis yang
kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia
atau siatika. Menjebolnya nukleus
pulpous ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan
radiks yang bersama sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan
dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada disisi lateral. Tidak akan ada
radiks terkena jika tempat berniasinya berada ditengah. Pada tingkat L2 terus
kebawah tidak terdapat medulla spinalis lagi, maka herniasi yang berada di
garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah
terjadi HNP , sisa diskus intervertebralis mengallami lisis, sehingga dua
korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
Manefestasi klinis utama yang muncul
adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot otot sekitar lesi dan nyeri
tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan
menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine. Sedangkan HNP
lateral bermanefestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada
punggung bawah , ditengah tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan
telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima berkurang dan reflek s achiler
negatif. Pada HNP lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri
tekan didapatkan dipunggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai
bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki
berkurang dan refles patela negative. Sensibilitas dermatom yang sesuai dengan
radiks yang terkena menurun.
5. GEJALA
KLINIS
Gejala
yang sering muncul adalah:
1. Nyeri
pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun.
Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.
2. Sifat
nyeri khas dari posisi berbaring keduduk, nyeri mulai dari pantat dan terus
menjalar kebagian belakang lutu kemudian ketungkai bawah.
3. Nyeri
bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan gerakan pinggang saat batuk
atau mengejan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang
klien beristirahat berbaring.
4. Penderita
sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun
sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
5. Nyeri
bertambah bila daerah L5-S1 (garis antara dua Krista
iliaka) ditekan.
Gejala
utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot
sekitar lesi dan nyeri tekan .
HNP
terbagi atas :
1.
HNP sentral
HNP
sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine
2.
HNP lateral
Rasa
nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat dan betis,
belakang tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan.
Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada
HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian
lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan
ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela negatif. Sensibilitas [ada
dermatom yang sdesuai dengan radiks yang terkena menurun. Pada percobaan
lasegue atau test mengnagkat tungkai yang lurus (straigh leg raising) yaitu
mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan dirasakan
nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue positif). Valsava dab
nafsinger akan memberikan hasil posistif .
6. KOMPLIKASI
1. Nyeri tulang belakang kronik
2. Nyeri tulang belakang permanen (sangat
jarang)
3. Hilangnya sensasi atau pergerakan di
tungkai atau kaki
4. Menurunnya atau hilangnya fungsi dari usus
dan kandung kemih
7. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
·
MRI : dapat memperlihatkan perubahan tulang dan
jaringan lunak divertebra serta herniasi.
·
RO Spinal :
Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang untuk melokalisasi
protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.
·
Elektromiografi (EMG) :
untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena.
·
Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping
sendi
·
CT scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion.
·
Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaska pemeriksaan
fisik sebelum pembedahan
·
Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi
·
Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan
serebro spinal.
8. PENATALAKSANAAN
1.
Terapi konservatif
a. Tirah baring
Penderita
hrus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang
baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi
pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai
pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus dan diutu[
dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah
mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang
dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah
berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset untuk mencegah
terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
b. Medikamentosa
1. Symtomatik
Analgetik
(salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon),
anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik (
amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
2. Kausal
Kolagenese
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk
diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam) untuk
relaksasi otot dan mengurnagi lordosis.
2.
Terapi operatif
Terapi
operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil
yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologic, dilakukan bila ada
bukti berlanjutnya defisit neurologik (kelemahan dan atrofi otot, kehilangan
fungsi sensorik dan motorik, kehilangan kontrol sfingter), dan nyeri yang
terus-menerus. Tujuan dilakukan terapi operatif yaitu untuk mengurangi tekanan
pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Type
pembedahan :
Ø Disektomi
(mengangkat fragmen herniasi atau yg keluar dari diskus intervertebralis) hanya dilakukan pada penderita yang mengalami
nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan
adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih
Ø Laminektomi
(mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pd kanalis spinalis)
Ø Laminotomi
(pembagian lamina vertebra)
Ø Disektomi
dengan peleburan (graft tulang)
.
3.
Rehabilitasi
1. Mengupayakan
penderita segera bekerja seperti semula
2. Agar
tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan sehari-hari
(the activity of daily living)
3. Klien
tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan sebagainya).
9. PROGNOSIS
Umumnya prognosa baik dengan pengobatan yang
konservatif. Presentasi rekurensi dari keadaan ini sangat kecil. Tetapi
kadang-kadang pada sebagian orang memerlukan waktu beberapa bulan sampai
beberapa tahun untuk memulai lagi aktivitasnya tanpa disertai rasa nyeri dan
tegang pada tulang belakang. Keadaan tertentu (misalnya dalam bekerja) yang
mengharuskan pengangkatan suatu benda maka sebaiknya dilakukan modifikasi untuk
menghindari rekurensi nyeri pada tulang belakang.
10. PENCEGAHAN
Bekerja secara aman, tehnik pengangkatan barang yang
sesuai dan mengendalikan berat badan bisa membantu mencegah kerusakan pada
tulang belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar