LAPORAN
PENDAHULUAN
- ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai
bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai
(berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu
atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan
tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah
sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot
dan kelenjar.
a. Sel Saraf
Sistem saraf terdiri
dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan
(impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
1)
Struktur Sel Saraf
Setiap neuron terdiri
dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari
badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson
(neurit). Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf,
sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain.
Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.
Struktur
Sel Saraf
Setiap
neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf
ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak
disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang
menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang
membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel
Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi
akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin
disebut nodusRanvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran
impuls.
Berdasarkan struktur dan
fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensori,
sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
a) Sel saraf sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar
impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan
sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori
berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
b) Sel saraf motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls
dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan
tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat.
Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan
aksonnya dapat sangat panjang.
c)
Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel
saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat
dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau
berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel
saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi
lainnya.
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan
dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan
badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.
b.
Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum
tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya merupakan organ
yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan.
Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan
selaput meninges. . Ketiga lapisan membran meninges dari luar
ke dalam adalah sebagai berikut :
1)
Durameter : merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak
2)
Araknoid : disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah.
Di dalamnya terdapat cairan serebrospinalis; semacam
cairan limfa yang mengisi sela-sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan
untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3)
Piameter : Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat
dengan permukaan otak. Lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut
bahan sisa metabolisme.
Otak dan sumsum tulang
belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:1. badan sel yang membentuk bagian
materi kelabu (substansi grissea)2. serabut saraf yang membentuk
bagian materi putih (substansi alba)3. sel-sel neuroglia, yaitu
jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi
susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya
(korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang
bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian
korteks berupa materi putih.
1) Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.
a) Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental,
yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan. Otak
besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan
kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak.
Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian
penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau
merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area
motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan,
membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa.
Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan
psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses
berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat
penglihatan terdapat di bagian belakang.
Otak dengan bagian-bagian penyusunnya
2) Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan
otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja
kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus
optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga
merupakan pusat pendengaran.
Otak dan kegiatan-kegiatan yang dikontrolnya
3) Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan.
4) Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsumtulang
belakang.
5) Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi
jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah,
volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi
kelenjar pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung
juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk,
dan berkedip.
6) Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar
berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada
bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk
dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls
sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk
dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk
ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung
(asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan
menghantarkannya ke saraf motor.
Pada bagian putih
terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat
saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan
yang membawa impuls yang berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden.
c.
Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak
sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang
kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang
tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan,
dan sekresi keringat.
Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang
dikendalikannya
1) Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu
saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu
saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf otak ada 12 pasang
yang terdiri dari :
a)
Tiga pasang saraf
sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
b)
lima pasang saraf
motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
c)
empat pasang saraf
gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.
Saraf sumsum tulang
belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum
tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung,
5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang
disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.
a) Pleksus cervicalis merupakan gabungan
urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.
b) Pleksus brachialis mempengaruhi bagian
tangan.
c) Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi
bagian pinggul dan kaki.
2) Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam
sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis
yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada
pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang
berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf
simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik
mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada
sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,sedangkan
saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yangpanjang karena
ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus
vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain
dan saraf sumsum sambung.
B.
PENGERTIAN
Stroke
adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang
timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak
yang terkena (WHO, 1989).
Menurut
WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke adalah manifestasi
klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun menyeluruh (global),
yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir
dengan kematian, tanpa di temukan penyebab selain daripada gangguan vaskular.
Gangguan peredaran darah otak dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan
bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat mengakibatkan kematian sebagian
otak (infark), gejala-gejala yang terjadi tergantung pada daerah otak yang di
pengaruhi.
C.
ETIOLOGI
1. Trombosis
Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh
darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang
dapat menimbulakan odema dan kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi
pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk
pada 48 jam setelah thrombosis. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
thrombosis otak yaitu: aterosklerosis, hiperkoagulasi pada polisitemia,
arteritis (radang pada arteri), dan emboli.
2. Hemoragi
Perdarahan intracranial atau intra
serebral termasuk perdarahan dalam ruang subaracnoid atau kedalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan,
sehingga terjadi infark otak, odema dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia
umum
Beberapa penyebab yang berhubungan
dengan hipoksia umum adalah hipertensi yang parah, henti jantung/paru, dan
curah jantung turun akibat aritmia.
4. Hipoksia
setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan
dengan hipoksia setempat adalah spasme arteri serebral yang disertai perdarahan
subaracnoid, dan vasokonstriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
Ada
beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
1.
Hipertensi,
Dapat
disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan
pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu
aliran darah cerebral.
2.
Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya
kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti
oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu
dapat menimbulkan perdarahan.
3.
Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling
banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis.
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran
darah ke otak. Disamping itu Penyakit jantung
koroner, penyakit jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, aritmia jantung
dan terutama atrium fibrilasi merupakan faktor resiko dari stroke, karena
terdapat gangguan pemompaan atau irama jantung, sehingga emboli yang berasal
dari bilik jantung atau vena pulmoner dapat menyebabkan infark serebri yang
mendadak.
4.
Diabetes mellitus (DM)
Penderita
DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yaitu terjadinya peningkatan
viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan
adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang
terjadi pada pembuluh darah serebral.
5.
Usia lanjut
Pada
usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah
otak.
6.
Polocitemia
Pada
policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga
perfusi otak menurun.
7.
Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol
tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus
dari lemak.
8.
Obesitas
Pada
obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga
dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah
otak.
9.
Perokok
Pada
perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis.
10.
Kurang aktivitas fisik
Kurang
aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan
pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.
11.
Peningkatan Hematokrit meningkatkan
resiko infark serebral
12.
Stress
D.
PATOFISIOLOGI
Iskemia
disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau
embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada
dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area
thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh
embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya
blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat
dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh
pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli. Pembuluh darah otak yang pecah
menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang
menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan
komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan
peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga
timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau
ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak
ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
E.
KLASIFIKASI
1.
Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis
serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul odema sekunder. Kesadaran
umumnya baik. Serangan sering terjadi pada usia 50 tahun atau lebih
2.
Stroke hemoragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin
perdarahan subaracnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area
otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,
namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Perdarahan
otak dibagi 2, yaitu:
a. Perdarahan
Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama
karena hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa
yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan odema otak. Peningkatan TIK yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai
didaerah putamen, thalamus, pons, dan serebelum.
b. Perdarahan
Subaracnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma
berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi
Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarnya keruang subaracnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang
berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun
fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dll). Pecahnya arteri dan
keluarnya darah keruang subaracnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK
yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala
hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak
lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid
pada retina dan penurunan kesadaran.
F.
MANIFESTASI
KLINIS
1.
Stroke
Hemoragik
a. Perdarahan
Intraserebral
-
Tidak jelas, kecuali
nyeri kepala hebat karena hipertensi
-
Serangan terjadi pada
siang hari, saat beraktifitas, dan emosi atau marah
-
Mual atau muntah pada
permulaan serangan
-
Hemiparesis atau
hemiplegia terjadi sejak awal serangan
-
Kesadaran menurun
dengan cepat dan menjadi koma (65 % terjadi < ½ jam-2 jam, < 2 % terjadi
setelah 2 jam-19 hari)
b. Perdarahan
Subaracnoid
-
Nyeri kepala hebat dan
mendadak
-
Kesadaran sering
terganggu dan sangat bervariasi
-
Ada gejala atau tanda
meningeal
-
Papiledema terjadi bila
ada perdarahan subaracnoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikan
anterior atau arteri karotis interna
2.
Stroke
non hemoragik
a. Kesadaran
umumnya baik
b. Terjadi
pada usia > 50 tahun
c. Gejala
neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah
dan lokasinya.
d. Defisit
neurologis mendadak, didahulu gejala prodromal yang terjadi pada saat istirahat
atau bangun pagi.
G.
KOMPLIKASI
1. Hipoksia
Serebral.
2. Aliran
darah serebral.
3. Embolisme
serebral. Dapat terjadi setelah infark miokard akut atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung postetik.
4. Herniasi
otak
5. Koma
6. Kematian
H.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan
penunjang diagnostik yang dapat dilakukan adalah :
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik
seperti perdarahan arterio vena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vascular.
2. Lumbal Pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subarachnoid atau perdarahan pada
intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi.
Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang massif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom)
sewaktu hari-hari pertama.
3. CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemik, dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang
penadatan terlihat di ventrikel, atau menyear di permukaan otak.
4. MRI
Menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi dan
besar atau luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragic.
5. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena.
6. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
7. Pemeriksaan Laboratorium
-
Lumbal pungsi : pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal sewaktu hari-hari pertama.
-
Pemeriksaan darah rutin.
-
Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemi. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali.
-
Pemeriksan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah
itu sendiri.
8. Pemeriksaan
Fisik
a. Keadaan
umum
Umumnya mengalami
penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan bicara yaitu sulit dimengerti, kadang
tidak bisa bicara dan pada tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat dan
denyut nadi bervariasi.
b. Breathing
Pada inspeksi
didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan
otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan
penurunan tingkat kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis,
pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan
taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi
napas tambahan.
c. Blood
Pengkajian pada system
kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada
pasien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi
hipertensi massif (tekanan darah > 200mmHg).
d. brain
stroke menyebabkan
berbagai deficit neurologis, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana
yangtersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah
kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik
sepenuhnya.
-
pengkajian tingkat
kesadaran,
-
pengkajian fungsi
serebral
-
pengkajian saraf
cranial
-
pengkajian system
motorik
-
pengkajian refleks
e. bladder
setelah stroke klien
mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung
kemih karena kerusakan control motorik dan postural. Kadang control sfingter
urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermitten dengan tehnik steril. Inkontinensia urine yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis yang luas.
f. Bowel
Didapatkan adanya
keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, muntah pada fase akut.
Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga
menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi
akiba penurunan peristaltic usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis yang luas.
g. Bone
Stroke adalah penyakit
UMN dan mengakibatkan kehilangan control volunteer terhadap gerakan motorik.
Oleh karena neuron motor atas menyilang, gangguan control motor volunteer pada
salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada
sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umumadalah hemiplegic
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada
kulit, jika klien kekurangan oksigen kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke
mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensoris atau paralisis atau hemiplegic serta mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola akitivitas dan istirahat.
I.
PENATALAKSANAAN
Menurut Listiono D (1998 : 113)
penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas melibatkan sebagian
besar hemisfer dan disertai adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia,
selama stadium akut memerlukan penanganan medis dan perawatan yang didasari
beberapa prinsip.
a. Penatalaksanaan Medis
Secara
praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah :
1. Penanganan suportif imun
-
Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.
-
Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.
-
Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau
aritmia.
2. Meningkatkan darah cerebral (pada
stroke non hemoragi)
-
Elevasi tekanan darah
-
Intervensi bedah
-
Ekspansi volume intra vaskuler
-
Anti koagulan
3. Pengontrolan tekanan intracranial
-
Obat anti edema serebri steroid
-
Proteksi cerebral (barbitura)
Sedangkan menurut Lumban Tobing (2002 : 2) macam-macam obat
yang digunakan :
1. Obat anti agregrasi trombosit
(aspirasi)
2. Obat anti koagulasi : heparin
3. Obat trombolik (obat yang dapat
menghancurkan trombus)
4. Obat untuk edema otak (larutan
manitol 20%, obat dexametason)
b. Penatalaksanaan
Keperawatan
-
Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring
jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
-
Tanda-tanda vital diusahakan stabil
-
Bed rest
-
Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan
hindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
-
Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction
berlebih yang dapat meningkatkan TIK
-
Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik.
Jika kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
-
Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak,
gerakkan tiap anggota gerak secara pasif seluas geraknya.
-
Berikan pengaman pada tempat tidur untuk mencegah pasien
jatuh.
c. Perawatan pasca stroke oleh keluarga
di rumah
-
Fisioterapi mutlak
dilakukan secara rutin baik oleh fisoterapis maupun keluarga dirumah sesering
mungkin yang masih bisa ditoleransi oleh penderita dengan penuh kesabaran dan
jangan lupa kasih sayang, memang waktu yang diperlukan cukup panjang dengan
hasil yang sangat lambat namun banyak keluarga pasien yang sabar dengan
prosedur ini mendapatkan level fungsional yang cukup baik (Pambudi, 2010).
-
Beberapa pasien stroke
terkadang mengalami kesulitan menelan dan keluarga menganggap pasien tidak mau
makan dan membiarkannya sehingga pasien jatuh dalam kondisi gizi buruk bahkan
dehiderasi yang dapat mengganggu pemulihan, pasien-pasien ini dapat dibantu
dengan sonde di rumah sambil dilatih untuk dapat menelan dan seringkali hal ini
berhasil.
-
Penderita stroke karena
disabilitasnya sering jatuh dalam depresi, pendampingan dan dukungan keluarga
serta semangat dari keluarga akan sangat menolong pemulihan.
Casino Queen Near Me - Mapyro
BalasHapusFind 광주 출장샵 the best 공주 출장샵 casino queen near you. We have the most 세종특별자치 출장샵 popular slots, video poker, blackjack and other table games 경기도 출장샵 from 군산 출장샵 popular casino tables.